Senin, 15 Februari 2010

TERNYATA SAYA BUKANLAH “MILIK SAYA”




Saya sering mengalami sulitnya tidur, padahal mata saya ingin sekali terpejam untuk mengistirahatkan tubuh dan jiwa. Setiap malam saya juga mengalami sesak nafas (asthma), yang membuat malam-malam saya sangat tidak menyenangkan.

Ketika dalam keadaan seperti itu, saya sadar bahwa manusia benar-benar tidak memiliki apapun termasuk tubuhnya. Allah hanya menitipkan tubuh ini termasuk kenikmatan di dalamnya. Sebab, jika tubuh ini adalah milik saya, maka saya akan mempunyai kendali penuh atas tubuh saya. Ketika sulit tidur, maka dengan mudah saya akan memberi perintah kepada dia untuk tidur, begitu pula ketika saya sedang sulit bernafas. Pada kenyataanya hal tersebut mustahil saya lakukan. Ketika sulit tidur, saya akan nonton TV sampai saya terlelap dengan sendirinya, ketika sulit bernafas tentu saya akan minum obat anti Asthma.

Begitu banyak kenikmatan yang di titipkan oleh Allah kepada kita (bukan diberikan), sehingga kita tidak mengetahui jumlahnya dan tidak dapat menghitungnya.

Q. S. An-nahl 18:


“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Saya lebih suka menggunakan kata “titip” daripada “beri”, untuk merangkai kata “kenikmatan dari Allah”. Karena (menurut saya), Allah memiliki hak untuk mengambil kembali kenikmatan itu atau menguranginya. Jika Allah “memberikan” kenikmatan kepada kita, tentu kita memiliki hak penuh atas kenikmatan tersebut. Dan, tentunya kita bisa protes ketika kenikmatan itu diambil atau dikurangi. Contoh; Saya ingin selalu sehat, tapi pada kenyataanya, sakit pasti pernah/sering saya rasakan. Padahal saya tidak menginginkannya sedikitpun. Jika sehat itu di berikan Allah kepada saya, saya pasti protes, “ya Allah, Enkau-kan sudah memberikannya (sehat) pada saya, kenapa diambil lagi……?” (begitu kira-kira protes yang saya ajukan).

Tulisan di atas hanya sebuah contoh/ilustrasi, bahwa manusia (saya) tidak memiliki apapun. Sesuatu sering terjadi di luar kemampuan dan keinginan saya. Hal tersebut memberikan pelajaran bagi saya, bahwa “ADA” yang mengatur dan mengendalikan kehidupan saya. Dan saya meyakini, Dia-lah ALLAH SWT, Pencipta-Pemilik-Pengatur seluruh alam dan isinya. Kenapa saya meyakini ALLAH sebagai Tuhan, karena tak ada satupun mahluk yang serupa/menyerupai Dia.
Wallahu A’lam……

Kamis, 11 Februari 2010

ULAMA......?! BENARKAH....?

Seminggu lalu tepatnya hari minggu, 07 februari 2010 berlangsung sebuah acara akad dan resepsi pernikahan teman, rumahnya persis di depan rumah saya. Mohon maaf, tidak bermaksud untuk “ngomongin” tetangga/teman saya. Ayahnya adalah seorang pemuka agama/tokoh agama di kampung saya atau Alim-Ulama (begitu orang-orang kampung saya menyebutnya). Di acara tersebut ada satu hal yang menarik bagi saya.

Akad nikah berlangsung lancar, sesuai dengan aturan-aturan Islam. Yang menarik adalah acara resepsinya sangat jauh dari norma atau aturan-aturan Islam. Sebagai contoh, yang paling sangat menggangu hati dan nurani agama saya adalah hiburan gambus. “Gambus” tersebut menurut saya adalah dangdut dalam kemasan yang berbeda.

Imeg gambus dalam pikiran saya adalah musik yang berisi syair-syair Islami dengan alat-alat musik yang identik dengan Islam pula dan tentunya setahu saya (seharusnya) penyanyinya adalah Pria/Laki-laki. Pendapat saya tentang gambus sesuai dengan pendapat “OM WIKI” (), bahkan menurut “OM WIKI”, isi liriknya adalah doa atau shalawat.

“Gambus” tersebut dimulai dari siang hari (Pkl. 10.00 wib) sampai dengan pkl. 12 – lebih (Hah…… sampe kurang lelap saya tidur). Lebih sering terdengar lagu-lagu yang tidak asing bagi para penggemar dangdut tetapi pasti sangat asing bagi penggemar gambus. Dan coba tebak penyanyinya laki-laki apa wanita? Yes…… penyanyinya Wanita (ahhh…… lho tau, pasti lho nonton kan??. Engga…… saya ga nonton kok, saya tahu karena terdengar jelas, rumah n panggungnya di depan rumah).

Yang membuat saya terheran-heran dan menjadi tanda Tanya (segede gunung) adalah apa iya…… hiburan itu direstui oleh ayah teman saya (Alim-Ulama) itu? Atau mungkin dia tidak tahu bahwa Islam melarang itu………??

Padahal menurut “OM KAMUS” KBBI, Ulama adalah orang yg ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam () . Ahli tidak hanya pada konsep atau definisi tapi ahli juga dalam penerapan dan pendakwahannya. Betul… betul… betul…

Kalo kata “OM WIKI” Ulama adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayom, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupum masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan.

(Kok jadi sok suci sih……!! . Engga…… enga ada maksud kaya gitu kok………) Setiap manusia pasti punya dosa, tapi paling tidak, kita tidak menyeret orang lain ke dalam dosa yang kita lakukan alias menyesatkan orang lain. Na’uzubillah.

Terakhir, mudah-mudahan Allah akan selalu memberikan Hidayah, ampunan dan rahmat-Nya kepada kita semua. Aamiin………

Note: mohon maaf tulisan ini hanya unek2 pribadi…… miskin pemahaman dan referensi……

GUE MENCARI TUHAN??


GUE MENCARI TUHAN???

Pencarian Tuhan ternyata tidak hanya dilakukan oleh para Nabi dan Rosul. Setidaknya itulah yang pernah saya alami 4 tahun yang lalu. Himpitan ekonomi dan kesulitan hidup yang saya alami membuat saya berontak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada diri sendiri.

Untuk apa manusia diciptakan, jika ketika sudah dilahirkan ke bumi, harus bersusah payah seperti ini? Apakah sebaiknya, Tuhan tidak usah menciptakan manusia? Tuhan tidak usah menciptakan setan dan yang lain-lainya? Tuhan tidak usah menciptakan kebaikan dan kejahatan (menurut logika saya itu semua jauh lebih baik). Dan terakhir, apakah benar Tuhan itu ada?

Untuk pertanyaan terakhir, mudah saja saya jawab (karena saya beragama, Islam), tentu Tuhan itu ada yaitu Allah SWT.

Q. S. Al Ikhlas:

“Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Itulah penjelasan Alquran tentang Allah, Tuhan pencipta seluruh alam. Tuhan yang memang tidak ada satupun makhluk yang menyerupai-Nya. Tuhan yang tidak ber-anak apalagi di-per-anakan.

Kemudian, Tuhan itu ada. Lalu kenapa menciptakan manusia dan isinya ? termasuk setan yang suka menyesatkan manusia.

Ternyata, di dalam Alquran dijelaskan. Bahwa pertanyaan yang saya ajukan atau lebih tepatnya protes yang saya utarakan kepada Tuhan sudah terlebih dahulu diajukan/diutarakan oleh para malaikat, ketika Allah SWT akan menciptakan Adam AS. Di dalam Alquran Allah memberikan jawaban, bahwa hakikat penciptaan manusia hanya Allah sendiri yang mengetahuinya sedangkan makhluknya termasuk manusia tidak mampu mengetahuinya.

Masih belum terima dengan jawaban tersebut??  Okelah Kalo Begono, kemudian saya cari peng-analogian. Ternyata ketemu, inilah analoginya; Jika saya menciptakan sebuah meja, saya tahu bagaimana dan apa tujuan saya membuat sebuah meja. Tapi, apakah ciptaan/buatan saya tahu tujuan saya menciptakan dia????. Semua Benda yang kita buat, tidak pernah mengetahui untuk apa ia dibuat, kecuali kita (manusia) yang mengetahuinya. Begitu juga penciptaan manusia, hanya Allah SWT yang mengetahui kenapa dan untuk apa manusia diciptakan.

Semua hal yang ada di bumi ini tidak tercipta begitu saja. Semua harus dibuat/diciptakan dan selalu ada hubungan SEBAB-AKIBAT. Pernahkah anda bertanya, bagaimana mungkin anda menggunakan komputer tanpa pernah ada yang membuat/menciptakannya??? That’s impossible………